Wednesday, February 16, 2011

Lisensi Wasit LPI Di Cabut

Perseteruan antara PSSI dan LPI mungkin tidak akan pernah berakhir. Kabar terakhir mengatakan bahwa semua wasit yang memimpin pertandingan LPI kemungkinan besar akan dicabut lisensinya. Hal ini menambah keyakinan bahwa PSSI tidak akan pernah menganggap kompetisi LPI itu legal.
Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memberi sanksi keras kepada puluhan wasit yang memimpin pertandingan di Liga Primer Indonesia (LPI). Sanksi tersebut berupa pencabutan sertifikat atau lisensi sebagai wasit nasional C-1, C-2 dan C-3.
Selain itu, wasit-wasit tersebut juga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dalam kompetisi sepak bola di bawah naungan PSSI seumur hidup mereka. Langkah ini diambil karena wasit-wasit itu telah melanggar etika dengan bertugas pada kegiatan sepak bola yang tidak diakui oleh PSSI, yakni LPI. Hukuman ini tidak hanya ditujukan kepada wasit utama serta jajaran perangkat pertandingan, seperti dua asisten wasit, tetapi juga kepada wasit cadangan dan pengawas pertandingan.
Sebenarnya, para wasit yang bertugas di LPI berasal dari korps baju hitam PSSI. Namun, mereka membelot dan memutuskan bergabung ke LPI.
"Bagaimana mereka mengklaim pertandingannya profesional kalau yang memimpin pertandingan itu sendiri adalah wasit yang sudah kita cabut sertifikatnya? Mereka membodohi masyarakat saja. Pnecinta sepak bola nasional sudah cerdas untuk memahami hal ini," tegas Direktur Perwasitan PSSI Bambang Irianto sebagaimana dilansir situs resmi PSSI.
PSSI mengaku sudah mendapat "lampu hijau" dari FIFA untuk menjatuhkan sanksi terhadap seluruh komponen sepak bola yang terlibat dalam LPI.
Berikut daftar nama perangkat pertandingan yang sertifikatnya dicabut oleh PSSI dan tidak diperkenankan beraktivitas dalam kompetisi PSSI seumur hidup:
Perangkat Pertandingan: Mujito dan Abdul Syukur (Surabaya), Ali (Magelang), Setyo Waluyo, Karyanto Suyono (keduanya dari Jakarta), Madenuh, Tukimin, Ahmadi (ketiganya dari Semarang), Ali Mustafa (Bali).
Wasit: Fiator Ambarita (Bandung), Mukhlis Ali Fathoni (Kendal), Taufiq (Bali), Winarno Bachtiar (Mojokerto), Suryadi (Jakarta), R.A Mas Agus (Surabaya), A. Sukamdi (Nganjuk), Rudiyansah (Tangerang), Muklisin (Semarang), Agus Winardi (Malang), Khalid (Aceh), Sunaryo Joko (Jember), Akhyar (Pasuruan).
Asisten wasit: Sukri AR (Aceh), Tavip Dwi (DIY), Agus Margunaji (Sleman), I Made Mudite (Bali), Samsul Huda dan Azis (Mojokerto), Bahrudin (Magelang), Muhadi (Langsa), Odik (Bekasi), Edi Suprapto (Gresik), Deni dan Suwarto (Solo), Fatirohman (Banjarnegara), Suroso (Tulungagung), Nurhasan, Haris, Dede Sarifudin (ketiganya dari Jakarta), Mapram (Makassar), Ferianto (Medan), Johanis Joni (Manado), Waskito Bekti, Sopuan, Catur, Odik, Sony Alesandro (kelimanya dari Semarang).

No comments:

Post a Comment