Friday, January 21, 2011

Kongres PSSI, untuk Siapa?

Catatan Seorang MH Samsul Hadi
”Salam sepak bola... Bersahabat”! Kalimat salam dan jawabannya itu kerap menggema dalam forum-forum rapat PSSI. Salam yang awalnya bernilai positif, tetapi bisa kontraproduktif jika dimaknai lain sehingga menumpulkan daya kritis, terlebih jika untuk melanggengkan kekuasaan. Akan seperti itukah Kongres Tahunan PSSI di Bali, 21-22 Januari, ini?
Kongres Tahunan, yang dulu bernama Rapat Paripurna Nasional (Raparnas) atau disebut Kongres Biasa (Ordinary Congress) dalam Statuta PSSI, kali ini tidak bisa dianggap kongres biasa. Bukan hanya karena jatuh pada tahun yang menandai berakhirnya kepemimpinan Nurdin Halid (2007-2011), melainkan juga terkait sejumlah persoalan persepakbolaan nasional mutakhir.

Berbagai persoalan sepak bola itu mengerucut pada satu kesimpulan besar, tiadanya prestasi yang bisa dibanggakan selama kurun hampir delapan tahun di bawah Nurdin. Setelah melewati waktu sekian lama, pertanyaannya adalah apakah para insan sepak bola nasional akan bertahan dengan situasi seperti ini?

Pertanyaan tersebut harus dijawab peserta Kongres PSSI, yang oleh PSSI secara kontroversial dipangkas menjadi 100 dari sebelumnya 103 peserta terkait dicoretnya keanggotaan Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makassar.

Pada tahun-tahun sebelumnya, kongres tahunan seperti ini biasanya hanya diisi agenda laporan pertanggungjawaban pengurus PSSI atas kinerja setahun terakhir dan penetapan program kerja setahun berikutnya. Namun, kali ini ada satu hal yang ditunggu-tunggu, penetapan jadwal pemilihan Ketua Umum PSSI 2011-2015.

Jika mengacu pada Statuta PSSI, Kongres Tahunan atau Kongres Biasa seperti ini bisa mengagendakan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua PSSI serta anggota Komite Eksekutif jika dimungkinkan (Pasal 30 Ayat 2 Butir q). Namun, mengingat jangka waktu jabatan Ketua PSSI empat tahun (Pasal 41 Ayat 1) dan Nurdin terpilih pada Musyawarah Nasional PSSI 20 April 2007, bisa dimaklumi jika kongres ini tidak mengagendakan hal itu.

Jangan bohong

Namun, satu hal yang harus diputuskan dalam kongres ini adalah penetapan jadwal pemilihan Ketua PSSI 2011-2015 sebagai bagian dari program kerja tahun 2011. Dalam kesempatan terpisah, Sekjen PSSI Nugraha Besoes dan anggota Komite Eksekutif PSSI, Ibnu Munzir, berjanji bahwa pengurus PSSI bakal menggelar pemilihan itu tepat waktu.

”Pasti on time (tepat waktu), pasti on time (tepat waktu),” tegas Nugraha berkali-kali. ”Kami akan berusaha on time (tepat waktu),” kata Munzir.

Pernyataan dua pejabat teras PSSI itu dicatat publik sepak bola sebagai janji. Yang perlu diwaspadai, seperti sering mereka lakukan, PSSI bermain dengan aturan dan janji-janji.

Kongres Tahunan 2010 di Bandung merekomendasikan PSSI memberantas mafia wasit, praktik suap, dan pengaturan skor laga kompetisi. Meski telah membentuk satuan tugas, PSSI gagal melaksanakan rekomendasi itu.

Tanda-tanda untuk bermain aturan itu telah muncul. Mulai dari ucapan Nugraha yang menyatakan penetapan jadwal pemilihan Ketua PSSI itu akan diputuskan Komite Eksekutif yang diketuai Nurdin hingga pernyataan Munzir yang menyebutkan agenda pemilihan Ketua PSSI bisa dilakukan kapan pun sepanjang 2011.

Bahkan, dalam beberapa kesempatan, pengurus PSSI kerap mengacu pada ”surat sakti” Sekjen FIFA Jerome Valcke tanggal 6 Maret 2009 yang menyatakan, ”...FIFA can agree to allow PSSI’s current leadership to continue its work for the end of the present mandate which shall expire in the year 2011.”

Tiadanya penyebutan tanggal dan bulan dalam surat Valcke itu yang ingin dimanfaatkan pengurus PSSI untuk bermain aturan.

Bukan rahasia lagi, ada upaya menjadwalkan pemilihan Ketua PSSI pada akhir 2011 dengan menjadikan pencapaian timnas U-23 di SEA Games bulan November sebagai pertaruhan jabatan.

Kecelakaan sejarah

Jika benar itu yang mereka putuskan dan diamini peserta kongres kali ini, bukan saja telah memilih jalan terjal dan akan terus menjadi bulan-bulanan kritik publik, PSSI juga mencederai aturan Pasal 41 Ayat 1 Statuta PSSI soal masa jabatan empat tahun Ketua PSSI, tidak kurang tidak lebih.

Di luar hal tersebut, muncul juga kecurigaan yang dilontarkan Ketua Aliansi Suporter Indonesia (ASI) Partoba Pangaribuan bahwa kongres ini dijadikan ajang menetapkan kembali kepengurusan PSSI di bawah Nurdin Halid.

”Semuanya patut dicurigai. PSSI bisa saja bersandiwara untuk menetapkan kembali Nurdin Halid sebagai ketua umum periode nanti (2011- 2015),” katanya. Kecurigaan ASI punya dasar sejarah, yakni Munas 2007 di Makassar yang agenda awalnya meratifikasi statuta baru dibelokkan jadi ajang pemilihan Ketua PSSI, insiden sejarah yang membuat PSSI berurusan dengan FIFA.

No comments:

Post a Comment