Thursday, April 21, 2011

Profil Bintang: Kepler "Pepe" Laveran Lima Ferreira

Profil Bintang: Kepler "Pepe" Laveran Lima Ferreira. Kuat, cepat, punya skill memadai, jago di duel bola atas, tanpa kompromi, tak segan melakukan tekel keras saat menghalau serangan lawan. Kepler Laveran Lima Ferreira alias Pepe (28) adalah tipe bek tengah yang dibutuhkan Madrid.

Penilaian tinggi atas kualitas Pepe tidak berasal dari sembarang orang. Siapa tak kenal Jose Mourinho, pelatih Real Madrid yang kondang dengan strategi defensif. Pada awal Februari, Mou berharap pihak klub tidak melego Pepe, yang meminta perbaikan sejumlah klausul di kontrak barunya.

"Dia sangat bagus dalam mengamankan lini belakang dan cepat membantu serangan. Bila Pepe ada, kami bermain tanpa rasa takut sama sekali. Madrid berada dalam performa terbaiknya saat ia berada di lapangan," ujar Mou.

Petinggi Los Blancos akhirnya menyerah. Setelah serangkaian negosiasi panjang, Pepe resmi memperpanjang masa bakti yang seharusnya berakhir tahun depan. Dalam kontrak baru berdurasi hingga 2015, Pepe mendapatkan gaji 4 juta euro atau 50,19 miliar rupiah per tahun.

Lahir dan besar dalam keluarga miskin di Maceio, ibu kota Alagos, Brasil, kemampuan Pepe terasah saat bergabung dengan Sport Club Corinthians Alagoano. Di tim lokal inilah Pepe dikenal sebagai pemain muda yang cepat dan dominan dalam duel udara.

Kelebihan itu tak lain berkat latihan khusus dari sang ayah. Sejak kecil, Pepe wajib menyantap latihan lari di pantai berpasir setiap hari. Ia juga dipaksa nyebur ke laut dan melompat dengan badan terikat di kaki.

Sejak usia 18 tahun, Pepe berkelana ke Portugal untuk bergabung dengan Maritimo. Tampil hebat meski sempat merasakan homesick dan sulit beradaptasi, ia kemudian direkrut Porto dengan harga 1 juta euro pada tiga musim berselang.

Pepe memang tak langsung bersinar di klub raksasa Portugal itu. Ia lebih banyak menjadi pelapis di musim perdananya saat Porto di musim perdananya saat Porto dilatih oleh Victor Fernandez.

Peruntungannya berubah saat Co Adriaanse mengambil alih jabatan semusim berselang. Dalam formasi 3-4-3 racikan arsitek Belanda tersebut, Pepe tumbuh menjadi bek tengah terbaik Eropa. Dua gelar Liga Portugal dan satu mahkota Piala Interkontinental menjadi kontribusinya bagi Porto.

Wajar bila Real Madrid rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memboyongnya ke Santiago Bernabeu pada awal musim 2007/08. Harga 30 juta euro, yang sempat dinilai terlalu mahal oleh Madridista, menjadi bandrol sang pemain kala itu.

Padahal, Los Blancos bisa saja hanya mengeluarkan 2 juta euro jika mendengarkan saran pelatih Carlos Queiroz empat tahun sebelumnya.

"Saya sudah mengatakn kepada Jorge Valdano dan Presiden Florentino Perez bahwa Pepe punya kans untuk berkembang menjadi pemain hebat. Tapi, Madrid tidak mau membelinya karena waktu itu pemain belakang tak punya nilai jual," kenang Queiroz.

Seperti halnya di Porto, Pepe juga tak langsung mengkilap di periode awal bersama Los Merengues. Kombinasi cedera, ribut dengan rekan setim, Javier Balboa, serta perilaku kasar terhadap Javier Casquero di liga kontra Getafe, yang membuatnya dikenai sanksi larangan tampil dalam 10 laga, menghiasi dua musim awal di Spanyol.

Pepe sempat terpuruk karenanya, bahkan berpikir untuk pensiun dari lapangan hijau karena tak habis menyesali perbuatan kasarnya terhadap Casquero. Namun, ia bisa bangkit kembali. Apa resepnya?

"Istri saya memberikan buku biografi Lance Armstrong (It's not about the Bike), yang bercerita soal bagaimana ia mengatasi penyakit serius dengan kekuatan motivasi. Saya menikmatinya karena buku itu adalah soal cara mengatasi masalah dan bahwa kita harus berjuang keras demi mencapai tujuan,' ujarnya di situs klub.

Well, perjuangan Pepe sudah membuahkan hasil. Rasanya tak ada lagi suporter Madrid yang bakal meragukan kehebatannya saat ini. Apalagi ia juga sudah menegaskan komitmen untuk menambah gelar selain La Liga 2007/08, Piala Super Spanyol 2008, dan Trofi Copa del Rey 2010/11 yang dipersembahkannya bagi Los Merengues.

Omong-omong, Pepe ternyata hebat hebat juga sebagai gelandang seperti di el clasico terakhir. Tak perlu heran, saat  di Corinthians Alagoano, pelatih Anatoliy Byshovets beberapa kali memainkannya di pos gelandang.

"Awalnya saya adalah striker, lalu gelandang dan terakhir di belakang. Saat menjadi pemain depan, saya sering bosan karena jarang mendapat bola," ujar pemain berdarah Brasil kedua setelah Deco yang membela timnas Portugal ini.


Nama: Kepler Laveran Lima Ferreira
Lahir: Maceio, 26 Februari 1983
Postur: 186 cm/72 kg
Kewarganegaraan: Portugal
Cap: 30 main/2 gol
Karir Klub: 1995-2001 (Corinthians Alagoano), 2001-2002 (Maritimo B: 10 main/1 gol), 2002-2004 (Maritimo: 66 main/3 gol), 2004-2007 (Porto: 88 main/8 gol), 2007-...(Real Madrid: 105 main/2 gol).

No comments:

Post a Comment